SAMPAH RUMAH TANGGA MENINGKAT SAAT PANDEMI COVID 19
Oleh Fanti Afina Putri – Jakarta, 22/06/2020, 13:44 WIB
Penerapan PSBB pada pandemic covid 19 ternyata tidak berdampak baik pada permasalahan sampah. Meskipun dikatakan secara keseluruhan jumlah sampah menurun, namun nyatanya terjadi pergeseran penghasil sampah.
Menurut Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI
Jakarta Andono Warih. Rata-rata tonase sampah periode 1-15 Maret 2020 mencapai
9.346,16 ton per hari di Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST), sementara
setelah WFH seberat 8.726,44 ton per hari.
Dengan kata lain, sampah berkurang 620 ton per hari. Ini
dikarenakan sampah dari sektor komersial seperti restoran, pusat
perbelanjaan dan pariwisata mengalami penurunan. Peningkatan sampah terjadi pada
sektor lain seperti sektor sampah dari rumah tangga dan limbah medis.
Ketika PSBB ini banyak masyarakat yang mengandalkan situs
belanja online untuk memenuhi kebutuhannya. Tak hanya itu, masyarakat pun
banyak yang penggunaan APD diluar dari tim medis. Dampak dari ini sangat
signifikan yaitu dengan meningkatnya penggunaan plastik sekali pakai.
"(Sebanyak) 96 persen paket
dibungkus dengan plastik yang tebal dan ditambah dengan bubble wrap, selotip, bungkus plastik. Dan bubble
wrap merupakan pembungkus berbahan
plastik yang paling sering ditemukan," kata peneliti Pusat Penelitian
Oseanografi LIPI, Intan Suci Nurhayati seperti dikutip dari laman resmi lembaga tersebut pada Senin, 25 Mei.
Selain itu berdasarkan Tiza
Mafira, Direktur Eksekutif Gerakan Diet Kantong Plastik dihubungi Mongabay,
Senin (13/4/2020) mengonfirmasi peningkatan limbah medis, karena penggunaan APD
sekali pakai tenaga medis.
“Yang perlu lebih diwaspadai adalah limbah infeksius yang
berasal dari rumah tangga, misalnya masker atau sarung tangan. Di Indonesia
limbah masker dari rumah tangga meningkat, dan sayangnya limbah tersebut
tercampur dengan sampah rumah tangga lainnya,” ingatnya.
Diprediksi sampah rumah tangga akan terus meningkat selama
PSBB atau WFH berlangsung. Oleh karena itu pemerintah menghimbau masyarakat
untuk bisa memilah sampah. Salah satunya dnegan sampah organik bisa dimasukkan ke komposter
atau lubang biopori, sementara sampah anorganik yang dapat didaur ulang
dikumpulkan sementara di rumah.
Hal ini juga
disampaikan oleh Zero Waste Indonesia terkait dengan penerapan gaya hidup zero
waste di masa pandemi ini. Pertama, Pemilahan sampah, jika sampah tidak
terpilah akan semakin rentan tertular virus. Kedua, Gunakan masker kain yang
dapat dicuci ulang, karena selain masker medis diperuntukan oleh para medis,
dan juga pasien, masker medis juga merupakan masker sekali pakai yang akhirnya
akan menjadi sampah. Ketiga, Memisahkan Sampah infeksius. Sebelum dibuang
sebaiknya di potong-potong kecil terlebih dahulu supaya tidak digunakan kembali
oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Setelah dipisahkan diberi label
“sampah infeksius” tujuannya agar petugas dapat berhati-hati dalam proses
pengambilan dan pengolahan. Karena selain masalah sampah kesehatan dan
keselamatan petugas sangatlah penting.
Komentar
Posting Komentar